Wednesday, November 18, 2009

Coding dalam New Wave Marketing

Saya sangatlah setuju dengan konsep coding ini.
Inilah senjata pegangan para marketer yang ampuh!
Tapi sering luput dari perhatian.

Ada banyak salesman, marketing officer, waiter, pedagang, atau siapapun mereka yang punya tugas memasarkan produk, terlalu fokus pada product knowledge dari barang dagangannya. Ini oleh pak Hermawan, dianggap baru kena kulit. Kurang greget & belum mengenai unsur paling penting, yaitu bagaimana produk miliknya dapat dibedakan dari milik kompetitor.
Inilah yang disebut dengan diferensiasi.

Sekadar menghubungkan, pada pasar dimana persaingan oligopoli atau monopolistik sekalipun, yang memegang kekuatan adalah diferensiasi produk.
Di pasar tersebut, dimana barang/ komoditas yang diperdagangkan cenderung serupa, maka yang membuat konsumen memilih suatu barang dari satunya adalah kekhasan dari barang tersebut yang cocok & sesuai dengan seleranya.
Jadi kemampuan untuk mempresentasikan Diferensiasi produk adalah salah satu kemampuan pemasaran yang penting, utamanya di era New Wave Marketing sekarang ini.

Diferensiasi merupakan upaya menciptakan perbedaan-perbedaan yang signifikan pada sebuah merek. Diferensiasi mendukung positioning yang telah ditetapkan sebelumnya. Positioning yang telah di‘tancapkan’ ke dalam benak pelanggan sesungguhnya adalah janji. Janji tersebut haruslah ditepati dengan dukungan diferensiasi.

Namun diferensiasi semata lagi-lagi belum cukup. Diferensiasi tersebut haruslah sangat-sangat personal sehingga produk jadi sangat menonjol perbedaannya dari produk lain, Dan perbedaan ini dapat diketahui oleh pelanggan. Pak Hermawan meminta agar perbedaan produk sendiri vs produk lawan dapat diidentifikasi sampai ke tingkat paling dalam. Sampai tingkat DNA bahkan, kalau perlu.
Maka diferensiasi kemudian menjadi 'Coding'

Mengapa demikian? Hal ini karena pesaing di lanskap New Wave ini semakin tidak terbatas. Perusahaan jadi semakin sulit untuk membangun positioning dan diferensiasi yang benar-benar unggul, yang sulit ditiru oleh pesaing dan sekaligus juga selalu diingat pelanggan. Karena itu, perusahaan harus dapat memasukkan diferensiasi tadi ke dalam “DNA” mereknya maupun pelanggannya.



====================================================
Bloggers @ MarkPlus Conference 2010
Sumber:
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/03/05490681/its.not.differentiation.anymore.its.coding
Gambar:
gettyimages

Sunday, November 8, 2009

SEAChange Campaign is Marketing Campaign!

Dalam rangka mengikuti SEAChange, menyuarakan perubahan & mengajak teman-teman kita untuk ikut mendukung gerakan perubahan pemuda seASEAN bisa menjadi sulit sekali kalau cuma dilakukan dengan pendekatan orang-per-orang.
Aku perlu suara massal.
Sehingga kuputuskan, harus 'turun ke jalan' nih! :D

Syukurlah, bertepatan dengan sebuah seminar besar dimana temanku menjadi panitianya, aku bisa mendapatkan izin untuk nebeng woro-woro pengumuman & buka info center di situ.Ini adalah putaran pertama kampanye SEAChange kali ini.Aku berdua bareng Asih, teman sekampus, yang pastinya sudah mendaftarkan diri juga dong, untuk gerakan perubahan SEAChange. Untuk keperluan itu, aku menyiapkan macam-macam properti: poster, flyer, & ID card.

get a professional look with only limited budget :p

Khusus untuk yang poster Apa itu SEAChange, aku diperbolehkan memakai poster buatan mbak Cut Nury H. Sabry, yang sudah lebih dulu dinyatakan menang ke YES2009 besok.
Terima kasih ya, mbak Nuri!
Fanpage SEAChange di Facebook memang membantu sekali.

Kamilah change drivers!

Kepada peserta seminar & juga kepada panitia, kami berdua membagikan flyer serta menjelaskan tentang program ini. Kami juga menjelaskan rencana Satu Juta Suara yang ingin diraih oleh seluruh pemuda se Asia Tenggara.
Seandainya kalau boleh malah aku ingin di seminarnya sebelum acara dimulai atau di saat jeda, ditampilkan beberapa slide saja tentang SEAChange & YES2009. Sayang waktu itu tidak diizinkan. Tapi tidak apa-apa. Di luar ruang seminarpun banyak peserta seminar yang tertarik & menanyakan lebih lanjut detail gerakan perubahan ini serta bagaimana caranya berpartisipasi menyuarakan ide.

Ada yang lucu di sini, yaitu tentang segera tidaknya orang mau mendaftarkan diri ke SEAChange setelah mereka mendapat informasi. Ingat dulu di kelas Marketing ini dipelajari sewaktu membicarakan customer buying intention. Jadi, bagaimanapun antusiasnya subjek kita terhadap produk/ program yang ditawarkan, sebagai 'calon konsumen' mereka tetap perlu dorongan yang sangat kuat untuk membuat suatu buying decision. Atau dalam kasus SEAChange ini, bagaimanapun tertariknya orang-orang pada isu gerakan perubahan tersebut, mereka harus terus dipandu sampai garis akhir, yaitu mendaftar & memberikan suara. Makanya di situ aku & Asih sekalian menyediakan laptop supaya orang-orang bisa langsung mendaftar SEAChange online.
Semua senang! Semua ingin mendaftar!

everybody is joining

Kemudian sekilas aku mau membahas seminar temanku. Seminarnya adalah seminar pengembangan diri yang dibawakan oleh Mien R. Uno sebagai pembicara. Pasti tahu kan, siapa bu Mien ini. Paling tidak, kita pasti familiar dengan Sandiaga S. Uno, putra beliau. Bu Mien Uno adalah pakar pendidikan kepribadian yang sudah sangat ahli dalam bermacam isu pengembangan diri. Beliau bicara di banyak seminar, menjadi juri di berbagai ajang pemilihan putri, serta juga sudah menerbitkan dua buku:
'Etiket' & 'Buku Pintar Etiket untuk Remaja'.
Semuanya membahas tentang cara bergaul serta bersosialisasi yang baik. Di seminar kemarin, bu Mien menghentak seluruh peserta dengan gaya membawakan materi yang tidak biasa. Semua peserta dibuat berdiri, berlari-lari, berteriak, & menyanyi!
Mien Uno memang ingin peserta seminar memandang diri mereka dengan cara berbeda. Dan untuk melakukannya tentu dibutuhkan pendekatan yang berbeda pula.
Nah, itu termasuk perubahan cara pandang juga dalam membawakan seminar kan!

SEAChange memang top!

Konsep ibu Mien tentang perubahan diri adalah Becoming Professional.
Berubah dengan menjadi profesional itu berarti menjadi pandai menempatkan diri; pandai mengelola diri; berinteraksi dengan lingkungan; serta membangun tim yang super.

Jadi, ayo gabung.
Dan kampanyekan perubahan!
http://indonesia.youthsays.com/seachange/go/pj4



==================================================================
"If you're aged between 15 to 35 log on to www.youthsays.com/seachange to join 1 MILLION youth across Southeast Asia (SEA) and say YES to CHANGES! By doing so, you and your friends stand a chance to win a FREE trip to meet top global change icons at the Youth Engagement Summit (YES) 2009 on November 16 & 17 in Kuala Lumpur. Rewards include return air flights, full accommodation and delegate passes worth in excess of US$2,500 each."

Monday, November 2, 2009

Rebut Tiket Gratis ke YES2009 (Youth Engagement Summit) di Malaysia

Ayo 15-17 november besok kita ke KL Malaysia.
Ikut event YES2009: Youth Engagement Summit.
Konferensi Pemuda seAsia Tenggara utk Perubahan, yg ngadain Youthsays.
Free tickets 500 seats, dibiayai pesawat pp & hotel.

Di sana ketemu sama Biz Stone (pendiri Twitter), Gary Kasparov (grandmaster catur), R. Zuckerberg (CEO Facebook), Amitabh Bachan (nggak perlu dijelaskan), Tony Fernandes (bos Air Asia), & tokoh keren lainnya.

Berikut langkah-langkahnya


(1)
Langsung buka di:
http://indonesia.youthsays.com/seachange/go/pj4

Klik Signup untuk daftar account baru.
Masukkan Email, Nickname, & Password yang ingin dipergunakan.
Ketikkan kode yang diminta

PERHATIAN
Pikirkan Nickname yang unik tapi tetap menggambarkan siapa kamu. Ini untuk menghindari gagal membuat account baru akibat nama sudah ada yang mempergunakan.

Terus cek email untuk melakukan validasi & aktivasi account.


(2)
Log in ke email. Ini untuk mengecek apakah link untuk aktivasi account di Youthsays sudah dikirimkan.
Pakai Email apa? Klik sesuai email provider kamu di bawah ini lalu sign in.
Yahoo
Gmail
Hotmail

Buka kiriman email baru dari Youthsays & klik di link yang terdapat pada email tersebut untuk mengaktivasi account barunya.


(3)
Meluncur lagi ke website Youthsays,
nanti setelah login pake account baru yang sudah teraktivasi,
pada section 'How to win free trip YES2009', jawab 3 pertanyaan pada kolom yang tersedia.

Sebutkan 3 ide kamu tentang perubahan:
- Perubahan apa untuk diri sendiri
- Perubahan apa untuk bangsa
- Kampanye perubahan apa yang ingin didukung

Jangan lupa isi gender dan tgl lahir, terus klik button
'GIVE ME THE TICKET'

Setelah muncul tanda 'You are qualified now', itu berarti kamu sudah berkesempatan untuk memenangkan free trip ke Youth Engagement Summit 2009.


(4)
Ikuti kontes2 lain yg disebutkan di bagian bawah, bisa menambah chance buat terpilih.
Lalu, terus sebarkan movement ini.



Btw, udah siap pergi ke KL Malay november besok kan?
Good!


Kalo gitu buka dari sekarang:
http://indonesia.youthsays.com/seachange/go/pj4

=================================================================================
"If you're aged between 15 to 35 long on to www.youthsays.com/seachange to join 1 MILLION youth across Southeast Asia (SEA) and say YES to CHANGES! By doing so, you and your friends stand a chance to win a FREE trip to meet top global change icons at the Youth Engagement Summit (YES) 2009 on November 16 & 17 in Kuala Lumpur. Rewards include return air flights, full accommodation and delegate passes worth in excess of US$2,500 each."

Thursday, October 15, 2009

Ooh, Prof. Obenaus!

Sama, bahwa semua mahasiswa yang ambil mata kuliah International Trade mendapatkan ilmu yang menambah pengetahuan tentang perdagangan internasional.
Tapi beda, feel & touch yang dirasakan tiap orang selama diajar profesor satu ini.

International Trade adalah mata kuliah paling ngebut & paling marathon dari kuliah-kuliah yang ada. Pelajaran lain yang normalnya diselesaikan dalam empat bulan, kalah sama pelajaran ini yang kuliahnya dipadatkan jadi dua minggu saja, masuk setiap hari, dengan tiap pertemuannya dimulai jam 13.00 dan selesai jam 17.00!
Benar kata Prof. Obenaus, kuliah yang diberikannya ini tidak mungkin bisa memuaskan kami semua (ada lebih dari 40 mahasiswa, kelas Intl. Trade terbesar di MMUGM selama ini). Beberapa orang mungkin sudah pernah mempelajarinya, beberapa mungkin belum. Beberapa menganggap kuliahnya berjalan terlalu cepat; ada yang menganggap sudah pada ritme yang sesuai; beberapa lagi malah bilang terlalu lambat. Semua tergantung sejauh mana kami pernah bersentuhan dengan subjek ini sebelumnya.
Ada yang mengambil mata kuliah ini karena sesuai dengan latar belakang S1 nya dulu, ada juga yang mengambil karena mata kuliah ini sesuai dengan konsentrasi studi S2 nya, yaitu International Business, tapi kurasa lebih banyak lagi yang mengambil mata kuliah ini dengan alasan sebatas ingin 'merasakan' pengalaman internasional diajar dosen bule (termasuklah aku di dalamnya).

Kuliah Prof. Obenaus berlangsung pertengahan bulan puasa kemarin. Kami diajari macam-macam, mulai dari Trade Law sampai Trade Barriers. Import tariff & Import quota. Domestic market & Foreign market. Dari Subsidy sampai Dumping. Ekspor baja sampai ekspor pisang. Dan sepertinya semua setuju kalau bapak ini membawakan materinya dengan penuh antusiasme & semangat. Menurutku malahan, seandainya Prof. Obenaus mengajarkan mata kuliah lainpun, kami akan tetap menyukainya.
Bapak ini hebat sekali staminanya, bicara selama empat jam, sambil setengah teriak-teriak lagi. Padahal mahasiswanya sudah terkantuk-kantuk & bergelimpangan, efek samping dari lapar & duduk kuliah terus selama bulan puasa.
Dan, Prof. Obenaus juga lucu!
Masa untuk mengilustrasikan apakah Foreign Direct Investment benar-benar dilakukan secara langsung (direct) atau tidak, bapaknya mencontohkan itu seperti kalau kissing your girlfriend directly or indirectly...

Mendengarkan Obenaus berbicara seperti mendengar Arnold Schwarzenegger.
Aksennya. Ekspresinya.
Hanya saja, tak ada bodi berotot di sini.
Kan sesama Austria...
Bedanya, yang satu gubernur California, satunya lagi visiting professor dari Vienna.
Aku masih menganggap MMUGM bagus sekali menjalin kerjasama berkelanjutan seperti ini dengan WU-Wien. Jadi kami mahasiswanya & Indonesia pada umumnya bisa mensejajarkan diri dengan standar pelajaran universitas di Eropa.


The professor.
Favorite quotes:
"Is this clear?"
"Folks.."
"I'll be back"
All with Arnold-like Austrian accents


Dengan belajar International Trade, aku jadi terbuka pada perdagangan antar negara. Produk asing dijual di negeri kita, atau produk Indonesia dijual di negara lain, adalah praktik yang jamak & nggak selalu harus berperspektif bahwa ini mengkhianati produk ciptaan bangsa sendiri atau tidak. Terutama dari sudut pandang bisnis. Bisa mendapatkan bahan baku dari luar dengan total cost lebih murah berarti efisiensi.
Di banyak kesempatan selalu ada perdebatan, apakah kita harus memenuhi kebutuhan kita dengan produk buatan negeri sendiri, kemudian anti terhadap produk bangsa lain?
Isu mengenai trade memang tidak bisa dipisahkan dari isu nasionalisme. Bangga dengan produk sendiri. Itu harus. Tapi kegunaan & kehematan (yang mungkin bisa didapatkan dari membeli low-cost commodities dari luar) juga mesti dijadikan pertimbangan.
Aku melihat, kesadaran akan produk buatan negeri sendiri sudah bagus sekali sekarang. Kita lihat industri pakaian. Ada Batik. Atau kaos distro. Semua suka & bangga pakai produk buatan negeri sendiri ini. Inilah salah satu hal yang membebaskan kita dari ketergantungan & fanatisme terhadap barang tertentu dari luar yang kita pikir keren, mesti punya, dsb.

Sebenarnya terbuka pada perdagangan internasional memiliki beberapa keuntungan:
Membuka Pengetahuan
Kita mengetahui seluk beluk produk orang. Kita jadi tahu bagaimana pencapaian kita saat ini & tahu seberapa jauh harus mengejar. Menggunakan produk negara lain juga adalah wujud keterbukaan terhadap luasnya dunia & beragamnya pilihan. Menurutku ini sikap yang lebih dewasa ketimbang langsung alergi melihat & memakai produk dari luar negeri tanpa alasan yang jelas.
Transfer Teknologi
Misalkan ada perusahaan dari negara maju membuka pabrik & menjalankan produksinya di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia bisa belajar & menyerap dari situ banyak-banyak. Kemudian pada saatnya, ganti Indonesia yang memproduksi barang tersebut, menggunakan brandnya sendiri. Harus mandiri. Tidak bergantung ke negara orang.
Membuka Pekerjaan
Tidak diragukan lagi hanya dengan mengizinkan trading berlangsung, ada jutaan orang bisa terselamatkan. Bahkan poor countries pun bisa bertahan hidup & bangkit hanya karena diperbolehkannya mereka melakukan perdagangan, ekspor maupun impor. Karena kemudian lapangan kerja menjadi terbuka. Ada lowongan untuk tenaga-tenaga kerja bagi bisnis yang baru. Mereka jadi bisa mencari nafkah & menghidupi keluarga. Tidak perlu menggelontorkan dana jutaan dollar atau uang tunai sebagai sumbangan.

Lalu aku juga jadi tahu pada tingkat negara, ternyata pemerintah memainkan banyak peran dalam mempengaruhi harga barang impor & menentukan persyaratan barang dari luar negeri yang masuk ke pasar. Bagaimana keberpihakan pemerintah dalam hal membentuk suasana persaingan bisnis domestik & kemandirian rakyat. Pemerintahan mana yang proteksionis: melindungi bisnis & pengusahanya dari kompetitor produk-produk negara luar yang masuk. Dan mana yang liberal serta pro perdagangan bebas.

Kemudian ada isu paling penting yang dibahas, yaitu mengenai economic integration. Lebih spesifik lagi pertanyaan yang dichallenge di sini adalah: Apakah mungkin Indonesia bergabung bersama negara-negara tetangganya ─dimulai dari ASEAN─ untuk membentuk economic integration?
European Union (EU) sudah menikmati kesuksesan dari integrasi ekonomi semacam ini. Mata uang Euro yang telah dipakai tidak saja sangat membantu, tapi sekaligus juga telah mematahkan bermacam penghalang transaksi dagang yang dulunya selalu terjadi akibat masih terpisah-pisahnya berbagai negara di Eropa. Sekarang giliran Indonesia memainkan peran strategis yang dapat mempercepat terciptanya kondisi tersebut. Dan untuk mencapainya, negara-negara ini harus mengaplikasikan sistem perbankan, kebijakan ekonomi, & mata uang yang sama. Bayangkan kelak membeli sutera dari Thailand bisa dilakukan tanpa harus repot menukar mata uang dulu; atau orang Indonesia bisa kerja dimanapun di Filipina, Kamboja, atau Burma sebagai tenaga terlatih tanpa dokumen tetek-bengek sebagaimana diwajibkan pada TKI saat ini; atau di saat bisnis kita membutuhkan modal, ada donatur dari Brunei yang dengan senang hati mendanai kita tanpa hambatan transfer. Lebih super lagi, ATM dimanapun di Indonesia, Myanmar, Singapura, & semua negara tetangga, nantinya mengeluarkan uang memakai satu jenis currency saja.


Last class session

Sekarang sudah hampir sebulan sejak kelas terakhir mata kuliah International Trade ini. Dan telah lewat seminggu sejak final examnya diujikan. Kami tinggal menunggu nilai. Aku mengaku banyak terinspirasi dari apa yang sudah Prof. Obenaus ajarkan. Walaupun sepanjang kuliah dia selalu bicara cepat sekali serta tidak jarang keterbatasan vocabulary membuatku sulit menyerap penjelasannya. Dan juga, semua kata-katanya berharga buat dijadikan catatan. Sayang tangan nggak bisa menulis secepat omongan bapaknya. Mungkin seharusnya kurekam saja dulu kuliahnya.

Sebenarnya ada banyak pembahasan di mata kuliah ini yang terekam di ingatan. Misalkan kasus trade negara-negara di dunia.
Austrian hazelnuts.
Canadian lumber.
Chinese bra! (Betul, waktu itu jadi HOT topic tuh).
Brazilian Coffee.

Aku sendiri juga punya favorite quote dari pelajaran ini yang pasti kuingat terus.
Injury Test!

Sunday, September 20, 2009

ISU 2009 (Part 2)

Bisakah kamu sebutkan satu perusahaan Indonesia yang beroperasi di Eropa? Atau beroperasi di luar negeri?
Sulit rasanya.
(Kalau menyebutkan perusahaan Eropa yang beroperasi di Indonesia, langsung bisa menyebut Danone, L'oreal, atau Unilever.)
Itu karena bisnis negara ini banyak bermain sebagai sub-kontraktor & eksportir untuk perusahaan asing. Dan Indonesia adalah salah satu negara utama di Asia Timur yang banyak dipilih untuk melaksanakan proyek sub-kontrak. Dalam penelitian Wendy Dobson & Siow Yue Chia tentang Multinationals and East Asian Integration, Indonesia dianggap sebagai satu dari delapan major host countries untuk negara tujuan sub-contracting yang memainkan peran dalam pertumbuhan dinamis serta integrasi regional negara-negara di Asia Timur.

Nah, hubungannya hal tadi dengan ISU kemarin adalah, selama summer university berlangsung aku & peserta-peserta lainnya diajak kunjungan ke UKM (Usaha Kecil Menengah) di Jogja yang kegiatan bisnisnya menggarap job-job sub-kontrak untuk perusahaan asing. Untuk kami yang peserta Indonesia, lewat kunjungan ini kami jadi tahu seluk-beluk bisnis sub-kontrak serta keuntungan & kesulitannya. Sedangkan untuk teman-teman dari Austria, sepertinya ini malah jadi ajang awal untuk mereka melakukan purchase order! Setidaknya begitu yang aku lihat dari ketertarikan mereka. Apalagi ada yang ambil konsentrasi studi International Marketing Management, jadinya semua kunjungan ini sangat relevan & sepertinya antusias banget pingin order barang-barang ke perusahaan ini. Kami mengunjungi perusahaan eksportir furniture, terus produsen bags & accesories, produsen sarung tangan, & juga ke pembuat handicraft.



Nine Square & Glove Manufacturer
Di dua perusahaan ini, banyak sekali gambaran praktik bisnis sub-kontrak yang bisa dipelajari. Terutama kesempatan melihat langsung proses produksinya. Nine Square itu perusahaan pembuat furnitur artistik. Misalkan macam-macam homeware, lighting ware, vas, meja dudukan, & hiasan terracotta. Semua produknya orientasi ekspor. Tidak ada yang dijual di Indonesia. Nine Square juga adalah rekanan Ikea Belanda untuk produk- produk furniturnya.
Sedangkan produsen sarung tangan yang kami kunjungi berikutnya bernama Triputra Sakti Indonesia, masih punya mahasiswi MMUGM juga. Adalah Putri, yang menggarap bisnis ini bersama suaminya yang asli orang Korea. Mereka berdua adalah anggota sebuah konsorsium produsen sarung tangan yang menyuplai sarung tangan untuk kebutuhan di Eropa. Dan dari sinilah semua order produksi sarung tangan berasal. Di Triputra, beberapa jenis sarung tangan sudah diproduksi memakai mesin otomatis dimana operator hanya perlu menginput koordinat letak dimana jahitan harus dilakukan, & sisanya komputer akan melakukan penjahitannya dengan cerdas. Putri juga baik sekali mau bagi-bagi sarung tangan gratis untuk kami semua.

DOWA & Mirota Batik
Kalau di dua tempat yang ini, sepertinya lebih pas dianggap wisata belanja ketimbang company visit deh.
Kalau sudah urusan pilih-pilih barang, kami ISU students masuk hitungan profesional loh! Pilih sana, pilih sini. Nggak cocok yang ini, nggak cocok yang itu. Tapi, ada nggak barang yang akhirnya dibeli?
Nggak ada!
Aku pernah bertanya pada diri sendiri, secara finansial berdasarkan time value of money, tidakkah pengusaha-pengusaha kerajinan seperti DOWA & Mirota Batik ini menderita loss akibat depresiasi nilai barang dagangan serta kerajinannya karena ulah freeloaders & tukang-coba-saja-tanpa-berniat-membeli-udahgitu-ngrusakinbarang-karena-dipakaifotofoto seperti kami ini!

DOWA adalah merk tas & aksesoris seperti dompet serta topi yang distribusinya mencakup pasar Amerika. Sesuai dengan nama brandnya, yang berasal dari kata DOA, DOWA diharapkan oleh sang pemilik usaha agar dapat menjadi doa yang terkabulkan, yaitu supaya sukses dalam bisnis tas ini. Dan nampaknya seperti itulah fakta yang ada. Usaha ini berhasil menembus pasarnya sendiri di luar negeri sana.
Sedangkan Mirota Batik di Jl. Kaliurang, sudah self-explanatory & tidak perlu dijelaskan lagi, merupakan penyedia suvenir barang kerajinan lokal yang menjadi pilihan banyak orang serta turis. Batik, blangkon, wayang, keris, patung, boneka, ukiran, lukisan, alat musik, klonengan, kalung, gelang, mainan, apalagi ya. Semuanya ada disana.

Pemahaman tentang UKM ini semakin bertambah lengkap setelah kunjungan langsung ke perusahaan, di sesi kelas kami juga mendapatkan materi tentang Sub-contracting in Indonesia dibawakan dua dosen MMUGM, yang membahas praktik serta tantangan yang dihadapi dari menjalankan bisnis sub-kontrak di negara ini.

Friday, August 28, 2009

International Summer University 2009

Jaman kecil dulu, anak sekolah disuruh membuat karangan sebagai tugas liburan. Aku juga mengalaminya. Tapi kita harus menunggu sampai tiba kembali di rumah sebelum bisa mulai mengarang. Pertama, karena nggak asik kalau liburan harus disambi mengarang membuat tulisan. Kedua, dulu belum ada laptop & internet yang bisa mengupdate status kita secepatnya. Nah, yang aku lakukan sekarang juga adalah menulis tentang acara yang udah selesai. Lucu juga, cara lima belas tahun lalu masih dipakai sekarang. Padahal teknologi sudah di depan mata. Tapi, aku memang sangat bersemangat menceritakan acara ISU yang aku jalani selama tiga minggu penuh kemarin.
Menguras stamina. Penuh semangat. Sangat kultural. Menyenangkan!

Pertama-tama, perlu aku beritahu kalau yang kuikuti ini adalah Summer University. Bukan Summer Camp. Awalnya, aku kira ini Summer Camp. Jadi aku membayangkan ada banyak acara outdoor & kegiatan alam bebas yang akan aku ikuti. Belakangan aku sadar bahwa kegiatannya adalah kegiatan kuliah, hanya saja berbeda dengan perkuliahan pada umumnya. Kami diajar oleh dosen dari dua universitas yang sedang menjalin rekanan untuk program ini: Tiga dosen dari WU Wien, dan lima orang dari MMUGM.


Semua peserta ISU foto bareng

ISU Indonesia yang aku ikuti ini membahas tema International Marketing & Management. Setiap harinya sampai jam makan siang kami mendapatkan kuliah tentang pemasaran global, semuanya ada empat belas topik. Baru setelah makan siang, sesi sore selalu dipakai untuk mengerjakan research project yang ditugaskan kepada kami dalam kelompok-kelompok, dengan isu yang dibahas mengenai Counterfeit products. Dosen-dosen pengajar dari MMUGM sudah aku kenal & aku tahu kualitasnya. Sedangkan dosen dari WU Wien, wah semuanya bagus-bagus. Slide materinya disiapkan dengan cantik, & tiap penjelasan selalu disertai dengan contoh nyatanya. Termasuk di setiap kesempatan, kami selalu diminta langsung mencoba sendiri konsep atau teknik yang baru saja diajarkan. Misalkan di sesi kuliah Analyzing, Assessing, & Entering Global Markets (dibawakan oleh seorang profesor perempuan, bu Elisabeth Götze), kami disuruh langsung berkumpul kembali dalam kelompok untuk mempraktikkan Scoring Method serta Countries Portfolio, alat analisis untuk mengukur kemungkinan penetrasi pasar baru di negara-negara potensial. Nah, ini baru namanya kuliah asik.
Tapi aku merasa walaupun subjek-subjek yang dipelajari adalah Marketing, bagi aku mereka terasa sangat Strategic. Terutama kuliah-kuliahnya Prof. Björn Ambos. Kami malah banyak membahas Standardization-Adaptation; Porter’s Five Forces; CAGE & PEST Elements dalam marketing strategy; atau Offshore Business Strategies. Mungkin bisa dimengerti, karena International Marketing membahas bagaimana membuka bisnis baru secara global serta menginvasi pasar negara-negara di dunia, & ini merupakan isu perusahaan di tingkat korporat, maka pertimbangan yang banyak dibahas & diputuskan adalah Pertimbangan Strategis.
Sementara itu ada juga Prof. Schlegelmilch, yang paling senior & jenaka dari ketiga dosen, membagi banyak tips. Jadi Pak Schlegelmilch ini seperti kalau aku sedang presentasi proposal tesis di mata kuliah BRM (Business Research Method). Aku bersama kelompok projectku mempresentasikan hasil research & analisis kami di depan kelas, kemudian bapaknya akan memberi komentar tentang content penelitian tersebut, bahkan memberi komentar teknis tentang tampilan slide kita: Apakah sub-judulnya sudah tepat; teksnya terlalu berdempetan; atau pemilihan warnanya kurang kontras. Bagian yang paling aku suka dari bapak ini adalah sewaktu penjelasan tentang perlunya antusiasme ketika presentasi. “After 30 minutes audience forgets what was in the presentation. But what audience remembers the most, is your enthusiasm. It is your confidence on the things being presented. And in order to be enthusiastic, you have to speak LOUDER!” Ketika menjelaskan ini di awal suara bapaknya santai & pelan, tetapi diakhiri dengan mengucapkan kata “LOUDER!” sambil teriak. Keren!

Secara keseluruhan, aku menyimpulkan kuliah-kuliah yang diberikan selama ISU lebih menekankan & mempersiapkan kita untuk melakukan assessment tentang international marketing menggunakan metode empiris atau saintifik. Misalkan dengan mempertimbangkan macroeconomics, buying power masyarakat, karakteristik pasar, lalu melakukan survei & focus group untuk pengumpulan data. Semuanya dalam rangka mengasah kemampuan kita membuat sebuah marketing research yang apik & meyakinkan.

Sayang sekali di minggu terakhir pelaksanaannya, ISU bertabrakan dengan semua jadwal final examku. Jadi sering sekali aku harus bolos di sesi pagi kuliah ISU. Padahal bahasan yang dibawakan Prof. Schlegelmilch waktu itu menarik semua & momentum summer university ini sedang mencapai puncaknya. Aku ketinggalan materi di subjek Global Communication; Global Organizations & Control; serta Ethical Issues in International Marketing. Semuanya sangat menarik untuk didiskusikan & diperdebatkan karena tidak diperlukan persiapan berat untuk kasus-kasus di subjek tersebut. Cukup membaca & dengan common sense sederhana saja.
Tetapi tidak masalah. Semua yang aku dapat lewat ISU amat sangat memuaskan dan terutama, melebihi ekspektasi. Aku usulkan MMUGM terus mempertahankan acara ini supaya bisa diadakan rutin di Indonesia. Apalagi aku dengar dari pihak WU Wien, tahun depan ISU sudah dikonfirmasi akan diselenggarakan kembali.
Super!


bersambung...

Tuesday, June 9, 2009

Secure the address first

Fixe primeiro lugar.
Salve!