Sunday, September 20, 2009

ISU 2009 (Part 2)

Bisakah kamu sebutkan satu perusahaan Indonesia yang beroperasi di Eropa? Atau beroperasi di luar negeri?
Sulit rasanya.
(Kalau menyebutkan perusahaan Eropa yang beroperasi di Indonesia, langsung bisa menyebut Danone, L'oreal, atau Unilever.)
Itu karena bisnis negara ini banyak bermain sebagai sub-kontraktor & eksportir untuk perusahaan asing. Dan Indonesia adalah salah satu negara utama di Asia Timur yang banyak dipilih untuk melaksanakan proyek sub-kontrak. Dalam penelitian Wendy Dobson & Siow Yue Chia tentang Multinationals and East Asian Integration, Indonesia dianggap sebagai satu dari delapan major host countries untuk negara tujuan sub-contracting yang memainkan peran dalam pertumbuhan dinamis serta integrasi regional negara-negara di Asia Timur.

Nah, hubungannya hal tadi dengan ISU kemarin adalah, selama summer university berlangsung aku & peserta-peserta lainnya diajak kunjungan ke UKM (Usaha Kecil Menengah) di Jogja yang kegiatan bisnisnya menggarap job-job sub-kontrak untuk perusahaan asing. Untuk kami yang peserta Indonesia, lewat kunjungan ini kami jadi tahu seluk-beluk bisnis sub-kontrak serta keuntungan & kesulitannya. Sedangkan untuk teman-teman dari Austria, sepertinya ini malah jadi ajang awal untuk mereka melakukan purchase order! Setidaknya begitu yang aku lihat dari ketertarikan mereka. Apalagi ada yang ambil konsentrasi studi International Marketing Management, jadinya semua kunjungan ini sangat relevan & sepertinya antusias banget pingin order barang-barang ke perusahaan ini. Kami mengunjungi perusahaan eksportir furniture, terus produsen bags & accesories, produsen sarung tangan, & juga ke pembuat handicraft.



Nine Square & Glove Manufacturer
Di dua perusahaan ini, banyak sekali gambaran praktik bisnis sub-kontrak yang bisa dipelajari. Terutama kesempatan melihat langsung proses produksinya. Nine Square itu perusahaan pembuat furnitur artistik. Misalkan macam-macam homeware, lighting ware, vas, meja dudukan, & hiasan terracotta. Semua produknya orientasi ekspor. Tidak ada yang dijual di Indonesia. Nine Square juga adalah rekanan Ikea Belanda untuk produk- produk furniturnya.
Sedangkan produsen sarung tangan yang kami kunjungi berikutnya bernama Triputra Sakti Indonesia, masih punya mahasiswi MMUGM juga. Adalah Putri, yang menggarap bisnis ini bersama suaminya yang asli orang Korea. Mereka berdua adalah anggota sebuah konsorsium produsen sarung tangan yang menyuplai sarung tangan untuk kebutuhan di Eropa. Dan dari sinilah semua order produksi sarung tangan berasal. Di Triputra, beberapa jenis sarung tangan sudah diproduksi memakai mesin otomatis dimana operator hanya perlu menginput koordinat letak dimana jahitan harus dilakukan, & sisanya komputer akan melakukan penjahitannya dengan cerdas. Putri juga baik sekali mau bagi-bagi sarung tangan gratis untuk kami semua.

DOWA & Mirota Batik
Kalau di dua tempat yang ini, sepertinya lebih pas dianggap wisata belanja ketimbang company visit deh.
Kalau sudah urusan pilih-pilih barang, kami ISU students masuk hitungan profesional loh! Pilih sana, pilih sini. Nggak cocok yang ini, nggak cocok yang itu. Tapi, ada nggak barang yang akhirnya dibeli?
Nggak ada!
Aku pernah bertanya pada diri sendiri, secara finansial berdasarkan time value of money, tidakkah pengusaha-pengusaha kerajinan seperti DOWA & Mirota Batik ini menderita loss akibat depresiasi nilai barang dagangan serta kerajinannya karena ulah freeloaders & tukang-coba-saja-tanpa-berniat-membeli-udahgitu-ngrusakinbarang-karena-dipakaifotofoto seperti kami ini!

DOWA adalah merk tas & aksesoris seperti dompet serta topi yang distribusinya mencakup pasar Amerika. Sesuai dengan nama brandnya, yang berasal dari kata DOA, DOWA diharapkan oleh sang pemilik usaha agar dapat menjadi doa yang terkabulkan, yaitu supaya sukses dalam bisnis tas ini. Dan nampaknya seperti itulah fakta yang ada. Usaha ini berhasil menembus pasarnya sendiri di luar negeri sana.
Sedangkan Mirota Batik di Jl. Kaliurang, sudah self-explanatory & tidak perlu dijelaskan lagi, merupakan penyedia suvenir barang kerajinan lokal yang menjadi pilihan banyak orang serta turis. Batik, blangkon, wayang, keris, patung, boneka, ukiran, lukisan, alat musik, klonengan, kalung, gelang, mainan, apalagi ya. Semuanya ada disana.

Pemahaman tentang UKM ini semakin bertambah lengkap setelah kunjungan langsung ke perusahaan, di sesi kelas kami juga mendapatkan materi tentang Sub-contracting in Indonesia dibawakan dua dosen MMUGM, yang membahas praktik serta tantangan yang dihadapi dari menjalankan bisnis sub-kontrak di negara ini.