Thursday, October 15, 2009

Ooh, Prof. Obenaus!

Sama, bahwa semua mahasiswa yang ambil mata kuliah International Trade mendapatkan ilmu yang menambah pengetahuan tentang perdagangan internasional.
Tapi beda, feel & touch yang dirasakan tiap orang selama diajar profesor satu ini.

International Trade adalah mata kuliah paling ngebut & paling marathon dari kuliah-kuliah yang ada. Pelajaran lain yang normalnya diselesaikan dalam empat bulan, kalah sama pelajaran ini yang kuliahnya dipadatkan jadi dua minggu saja, masuk setiap hari, dengan tiap pertemuannya dimulai jam 13.00 dan selesai jam 17.00!
Benar kata Prof. Obenaus, kuliah yang diberikannya ini tidak mungkin bisa memuaskan kami semua (ada lebih dari 40 mahasiswa, kelas Intl. Trade terbesar di MMUGM selama ini). Beberapa orang mungkin sudah pernah mempelajarinya, beberapa mungkin belum. Beberapa menganggap kuliahnya berjalan terlalu cepat; ada yang menganggap sudah pada ritme yang sesuai; beberapa lagi malah bilang terlalu lambat. Semua tergantung sejauh mana kami pernah bersentuhan dengan subjek ini sebelumnya.
Ada yang mengambil mata kuliah ini karena sesuai dengan latar belakang S1 nya dulu, ada juga yang mengambil karena mata kuliah ini sesuai dengan konsentrasi studi S2 nya, yaitu International Business, tapi kurasa lebih banyak lagi yang mengambil mata kuliah ini dengan alasan sebatas ingin 'merasakan' pengalaman internasional diajar dosen bule (termasuklah aku di dalamnya).

Kuliah Prof. Obenaus berlangsung pertengahan bulan puasa kemarin. Kami diajari macam-macam, mulai dari Trade Law sampai Trade Barriers. Import tariff & Import quota. Domestic market & Foreign market. Dari Subsidy sampai Dumping. Ekspor baja sampai ekspor pisang. Dan sepertinya semua setuju kalau bapak ini membawakan materinya dengan penuh antusiasme & semangat. Menurutku malahan, seandainya Prof. Obenaus mengajarkan mata kuliah lainpun, kami akan tetap menyukainya.
Bapak ini hebat sekali staminanya, bicara selama empat jam, sambil setengah teriak-teriak lagi. Padahal mahasiswanya sudah terkantuk-kantuk & bergelimpangan, efek samping dari lapar & duduk kuliah terus selama bulan puasa.
Dan, Prof. Obenaus juga lucu!
Masa untuk mengilustrasikan apakah Foreign Direct Investment benar-benar dilakukan secara langsung (direct) atau tidak, bapaknya mencontohkan itu seperti kalau kissing your girlfriend directly or indirectly...

Mendengarkan Obenaus berbicara seperti mendengar Arnold Schwarzenegger.
Aksennya. Ekspresinya.
Hanya saja, tak ada bodi berotot di sini.
Kan sesama Austria...
Bedanya, yang satu gubernur California, satunya lagi visiting professor dari Vienna.
Aku masih menganggap MMUGM bagus sekali menjalin kerjasama berkelanjutan seperti ini dengan WU-Wien. Jadi kami mahasiswanya & Indonesia pada umumnya bisa mensejajarkan diri dengan standar pelajaran universitas di Eropa.


The professor.
Favorite quotes:
"Is this clear?"
"Folks.."
"I'll be back"
All with Arnold-like Austrian accents


Dengan belajar International Trade, aku jadi terbuka pada perdagangan antar negara. Produk asing dijual di negeri kita, atau produk Indonesia dijual di negara lain, adalah praktik yang jamak & nggak selalu harus berperspektif bahwa ini mengkhianati produk ciptaan bangsa sendiri atau tidak. Terutama dari sudut pandang bisnis. Bisa mendapatkan bahan baku dari luar dengan total cost lebih murah berarti efisiensi.
Di banyak kesempatan selalu ada perdebatan, apakah kita harus memenuhi kebutuhan kita dengan produk buatan negeri sendiri, kemudian anti terhadap produk bangsa lain?
Isu mengenai trade memang tidak bisa dipisahkan dari isu nasionalisme. Bangga dengan produk sendiri. Itu harus. Tapi kegunaan & kehematan (yang mungkin bisa didapatkan dari membeli low-cost commodities dari luar) juga mesti dijadikan pertimbangan.
Aku melihat, kesadaran akan produk buatan negeri sendiri sudah bagus sekali sekarang. Kita lihat industri pakaian. Ada Batik. Atau kaos distro. Semua suka & bangga pakai produk buatan negeri sendiri ini. Inilah salah satu hal yang membebaskan kita dari ketergantungan & fanatisme terhadap barang tertentu dari luar yang kita pikir keren, mesti punya, dsb.

Sebenarnya terbuka pada perdagangan internasional memiliki beberapa keuntungan:
Membuka Pengetahuan
Kita mengetahui seluk beluk produk orang. Kita jadi tahu bagaimana pencapaian kita saat ini & tahu seberapa jauh harus mengejar. Menggunakan produk negara lain juga adalah wujud keterbukaan terhadap luasnya dunia & beragamnya pilihan. Menurutku ini sikap yang lebih dewasa ketimbang langsung alergi melihat & memakai produk dari luar negeri tanpa alasan yang jelas.
Transfer Teknologi
Misalkan ada perusahaan dari negara maju membuka pabrik & menjalankan produksinya di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia bisa belajar & menyerap dari situ banyak-banyak. Kemudian pada saatnya, ganti Indonesia yang memproduksi barang tersebut, menggunakan brandnya sendiri. Harus mandiri. Tidak bergantung ke negara orang.
Membuka Pekerjaan
Tidak diragukan lagi hanya dengan mengizinkan trading berlangsung, ada jutaan orang bisa terselamatkan. Bahkan poor countries pun bisa bertahan hidup & bangkit hanya karena diperbolehkannya mereka melakukan perdagangan, ekspor maupun impor. Karena kemudian lapangan kerja menjadi terbuka. Ada lowongan untuk tenaga-tenaga kerja bagi bisnis yang baru. Mereka jadi bisa mencari nafkah & menghidupi keluarga. Tidak perlu menggelontorkan dana jutaan dollar atau uang tunai sebagai sumbangan.

Lalu aku juga jadi tahu pada tingkat negara, ternyata pemerintah memainkan banyak peran dalam mempengaruhi harga barang impor & menentukan persyaratan barang dari luar negeri yang masuk ke pasar. Bagaimana keberpihakan pemerintah dalam hal membentuk suasana persaingan bisnis domestik & kemandirian rakyat. Pemerintahan mana yang proteksionis: melindungi bisnis & pengusahanya dari kompetitor produk-produk negara luar yang masuk. Dan mana yang liberal serta pro perdagangan bebas.

Kemudian ada isu paling penting yang dibahas, yaitu mengenai economic integration. Lebih spesifik lagi pertanyaan yang dichallenge di sini adalah: Apakah mungkin Indonesia bergabung bersama negara-negara tetangganya ─dimulai dari ASEAN─ untuk membentuk economic integration?
European Union (EU) sudah menikmati kesuksesan dari integrasi ekonomi semacam ini. Mata uang Euro yang telah dipakai tidak saja sangat membantu, tapi sekaligus juga telah mematahkan bermacam penghalang transaksi dagang yang dulunya selalu terjadi akibat masih terpisah-pisahnya berbagai negara di Eropa. Sekarang giliran Indonesia memainkan peran strategis yang dapat mempercepat terciptanya kondisi tersebut. Dan untuk mencapainya, negara-negara ini harus mengaplikasikan sistem perbankan, kebijakan ekonomi, & mata uang yang sama. Bayangkan kelak membeli sutera dari Thailand bisa dilakukan tanpa harus repot menukar mata uang dulu; atau orang Indonesia bisa kerja dimanapun di Filipina, Kamboja, atau Burma sebagai tenaga terlatih tanpa dokumen tetek-bengek sebagaimana diwajibkan pada TKI saat ini; atau di saat bisnis kita membutuhkan modal, ada donatur dari Brunei yang dengan senang hati mendanai kita tanpa hambatan transfer. Lebih super lagi, ATM dimanapun di Indonesia, Myanmar, Singapura, & semua negara tetangga, nantinya mengeluarkan uang memakai satu jenis currency saja.


Last class session

Sekarang sudah hampir sebulan sejak kelas terakhir mata kuliah International Trade ini. Dan telah lewat seminggu sejak final examnya diujikan. Kami tinggal menunggu nilai. Aku mengaku banyak terinspirasi dari apa yang sudah Prof. Obenaus ajarkan. Walaupun sepanjang kuliah dia selalu bicara cepat sekali serta tidak jarang keterbatasan vocabulary membuatku sulit menyerap penjelasannya. Dan juga, semua kata-katanya berharga buat dijadikan catatan. Sayang tangan nggak bisa menulis secepat omongan bapaknya. Mungkin seharusnya kurekam saja dulu kuliahnya.

Sebenarnya ada banyak pembahasan di mata kuliah ini yang terekam di ingatan. Misalkan kasus trade negara-negara di dunia.
Austrian hazelnuts.
Canadian lumber.
Chinese bra! (Betul, waktu itu jadi HOT topic tuh).
Brazilian Coffee.

Aku sendiri juga punya favorite quote dari pelajaran ini yang pasti kuingat terus.
Injury Test!